LENSAPANGANDARAN.COM – Ketua Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana mengatakan, area yang paling krusial terdampak bencana tsunami yaitu di wisata Pantai Pangandaran.
Hal tersebut jika berkaca terhadap kejadian bencana tsunami di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2006 lalu.
“Karena memang, lokasinya padat penduduk dan kemudian ketika high season banyak wisatawan. Sehingga jalur evakuasi harus betul-betul diatur,” katanya, Senin (2/9/2024).
Di Pantai Pangandaran sendiri hanya mempunyai dua jalur menuju dataran tinggi atau lokasi perbukitan.
“Dan pada tsunami tahun 2006, itu terjadi kemacetan karena memang akses jalan yang tidak terlalu luas.”
“Makanya, kita harus membagi wilayah – wilayah masyarakat untuk lari ke jalur evakuasi,” ungkap Nana.
Karena, hampir sepanjang pantai Pangandaran itu sangat rawan terdampak potensi tsunami.
“Dan kita hanya punya waktu sekitar 30 menit untuk melakukan evakuasi mandiri. Nah, itu golden time yang kita uji sehingga harus dipahami oleh masyarakat,” jelasnya.
Untuk bagaimana mereka segera melakukan evakuasi mandiri ketika ada ancaman gempa bumi dan tsunami.
Terkait jalur evakuasi, pihaknya sudah sering melakukan diskusi bersama stakeholder lain.
Termasuk membuat jalur-jalur evakuasi untuk menuju ke arah dataran tinggi.
“Tentu, yang paling penting adalah sosialisasi ke masyarakat dan itu harus berkelanjutan setiap tahun. Agar, mereka betul-betul paham ketika kondisi darurat,” kata Nana
Termasuk juga sosialisasi ke hotel-hotel yang memiliki bangunan tinggi agar bisa digunakan untuk menjadi tempat evakuasi sementara.
Terkait isu Megathrust, Tagana di Pangandaran sering berkoordinasi dengan stakeholder terkait mengenai potensi Megathrust yang kemungkinan terjadi di pesisir selatan pulau Jawa.
“Karena kalau terjadi, ancaman Megathrust ini bakal sangat merepotkan kita semua. Sehingga semua pihak harus benar-benar siaga dan menyikapi hal ini,” tegasnya. [*]