LENSAPANGANDARAN.COM – Dibalik senyuman topeng badut jalanan tersirat luka yang mendalam, seperti yang dialami Agung (30) Warga Desa/Kecamatan Pataruman Kota Banjar Jawa Barat.
Setiap hari Agung menyapa para pengendara di bawah lampu merah kecamatan Langensari Kota Banjar.
Dia melambaikan tangan sembari melenggak-lenggokan badanya tanpa iringan suara musik.
Ketika lampu merah menyala, ia menghampiri para pengendara dengan tujuan menghibur para pengguna jalan raya.
Di bawah terik sinar matahari dan panasnya memakai kostum badut, ia tidak pernah lelah menghibur dan mencari rezeki untuk kebutuhan sehari-hari.
Menjadi manusia badut bukanlah impiannya melainkan keterpaksaan lantaran dituntut oleh kebutuhan.
“karena sekarang dimana-mana mencari pekerjaan sangat susah” ucap Agung saat ditemui dibawah lampu merah Langensari Kamis (13/7/2023).
Sebelumnya, ia mengaku pernah bekerja dibeberapa perusahaan swasta, namun karena gajinya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga ahirnya ia memilih keluar.
Agung berstatus duda, ia memiliki satu anak berusia 5 tahun yang kini tinggal dengan mantan istrinya di Kalimantan.
Ia mengatakan, penghasilan membadut tidak menentu, dari pagi hingga sore kadang mendapatkan Rp 80 Ribu.
“Tapi kalau lagi ramai dan banyak yang ngasih, lumayan bisa sampe Rp 150 Ribu perhari”
Dari hasil membadut, ia sisihkan untuk menafkahi anaknya dengan mentransfer sejumlah uang selama tiga hari sekali.
Ia menyebut, tidak memiliki tempat mangkal yang tetap, ia berkeliling mencari tempat yang ramai seperti ke pangandaran hingga Garut.
Untuk melepas rasa lelahnya, Dia beristirahat di dalam bangunan kosong seperti di depan toko atau pasar.
Tidak sedikit orang lain melecehkan pekerjaannya, bahkan ia pernah diperlakukan kasar oleh preman dengan dimintai sejumlah uang. (art).