NasionalNews

Lokasi dan Penyebab Kecelakaan Lalu lintas di Pangandaran

×

Lokasi dan Penyebab Kecelakaan Lalu lintas di Pangandaran

Sebarkan artikel ini
Pemasangan rambu-rambu himbauan lalu lintas di jalur rawan kecelakaan

LENSAPANGANDARAN.COM – Wilayah kabupaten Pangandaran Jawa Barat sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Daerah yang dikenal surga wisata alam itu memiliki jalan yang cukup terjal dan berkelok.

Insiden kecelakaan itu tidak hanya menimpa para wisatawan, namun kerap menimpa warga setempat.

Baca Juga  Pilkada 2024, Bawaslu Pangandaran; Ada Pemilih Baru Belum Terakomodir

Menurut Kanit Gakum Polres Pangandaran Ipda Dimas Aditama, salah satu penyebab kecelakaan pemotor diakibatkan tingkat penggunaan helm masih rendah.

“sebenarnya kecelakaanya tidak terlalu patal, misal keserempet. Karena tidak memakai helm, terus kepalanya membentur aspal. Jadi menambah fatalitas kecelakaan,” kata Dimas di Lantai 2 Pos Lantas Tantya Sudhirajati Selasa, (23/7/2024).

Penyebab lainnya, penggunaan spion yang masih rendah. Hal tersebut kerap terjadi kepada pemotor ibu-ibu saat sedang ingin menyebrang.

“Ada ibu-ibu mau nyebrang ke kanan. Dia tidak melihat spion lalu ketabrak dari belakang. Kejadiannya itu di Wonoharjo,” katanya.

Baca Juga  Ngobatan di RSUD Pandega Pangandaran, Bahas Tentang Pulpitis

Kejadian serupa juga terjadi di dibeberapa ruas jalan di wilayah kabupaten Pangandaran.

Kemudian, minimnya kepatuhan rambu-rambu lalu lintas sering menjadi penyebab kecelakaan, seperti di bunderan Cikembulan pass.

 

Padahal, fungsi bunderan tersebut untuk mengurai kendaraan. Namun banyak pengendara roda dua yang mengindahkanya.

Baca Juga  Jelang Nataru, Penyakit Masyarakat Dimusnahkan Polisi Pangandaran

“Mereka (pemotor) justru malah melawan arus. Ahirnya terjadi tabrakan. Di jalan lain pun sama. Seperti arus one way depan pasar Pangandaran dan taman pesona,” ucapnya.

 

Senada dengan kendaraan roda empat. Roda empat menjadi dua kategori yakni, kendaraan penumpang dan kendaraan barang.

Menurut Dimas, biasanya kendaraan penumpang wisatawan belum memahami culture pengendara di Pangandaran.

 

“Contoh di Padaherang. Yang lewat dari Bandung – Jakarta ngebut, sedangkan culture pengendara di padaherang ngebut tidak menggunakan helm dan spion. Ahirnya terjadi keserempet dan lainnya,” ungkapnya.

Selaras di wilayah Kalipucang. Di wilayah tersebut memiliki tanjakan, turunan yang berkelok, semisal di karangnini.

 

Menurutnya, di wilayah tersebut minim rambu-rambu dan penerangan jalan ketika malam hari.

“Sedangkan pengendara wisatawan ngebut dan tidak tahu medan di wilayah itu,” terangnya.

 

Selanjutnya, kendaraan barang, kendaraan tersebut lebih kompleks terjadinya kecelakaan. Terlebih lagi kondisi jalan dari padaherang – Cimerak masih sempit.

“Kendaraan dumtruk atau fuso mogok disitu. Kemudian tidak ada tanda pengaman/pengenal seperti lampu darurat (bila malam hari). Kemudian ada motor ngebut dan terjadilah nabrak mobil mogok itu,” jelasnya.

 

Dimas menambahkan, mobil mogok di wilayah tersebut tidak langsung cepat-cepat di derek. Padahal prasarana jalan sempit.

 

Begitupun dengan kendaraan muatan barang yang over load, menurut dia, biasanya di wilayah tersebut sering terguling.

“Hal itu juga sangat dikhawatirkan jika muatan berlebih akan berakibat dengan pengendara lain,” pungkasnya. (art).