KesehatanNews

Klasifikasi Puskesmas Pangandaran soal Dugaan Tak Berikan Pelayanan kepada Balita 

×

Klasifikasi Puskesmas Pangandaran soal Dugaan Tak Berikan Pelayanan kepada Balita 

Sebarkan artikel ini
Puskesmas Pangandaran (by web).

LENSAPANGANDARAN.COM – Kepala UPTD puskesmas Pangandaran, dr Indah Adhiarini Sukma mengklarifikasi terkait dugaan lambannya penanganan selama dua jam terhadap balita yang mengalami demam tinggi serta kekurangan cairan (dehidrasi).

Awalnya, Puskesmas Pangandaran kedatangan pasien tersebut sekitar pukul 16:30 WIB. Kemudian petugas medis langsung memberikan penanganan intensif. Mereka segera mengecek suhu tubuh, denyut nadi serta mengukur saturasi oksigen.
“Setelah dilakukan pengecekan, denyut nadi pasien dalam keadaan normal, Saturasi oksigen juga normal sekitar 97 persen. Namun pasien mengalami suhu badan cukup tinggi sekitar 40,2 Celcius,” kata dr Indah Sabtu, (21/6/2025).
Baca Juga  Bjb Pangandaran Ultah ke-6 Usung Konsep Berani Tampil Beda 
Melihat kondisi pasien dengan suhu tinggi, para medis melakukan diskusi dengan keluarga pasien, petugas medis menyarankan pasien untuk di lakukan penanganan lebih lanjut atau rawat inap.
Setelah di sepakati, kemudian melakukan pemasangan infus. Namun pemasangan infus belum berhasil sebab, kondisi pasien mengalami dehidrasi.
“Kami sudah mencoba tiga kali pemasangan infus namun belum belum berhasil. Karena kondisi pasien dalam kondisi dehidrasi sehingga menyulitkan kami melakukan tindakan infus,” jelasnya.
Tindakannya tak sampai disitu, Petugas medis mencoba menggunakan cara lain, yaitu memberikan obat Paracetamol Suppositoria yang di masukkan melalui Anus. Cara ini dilakukan agar lebih cepat dalam menurunkan demam.
Setelah itu, petugas menginformasikan kepada pihak keluarga pasien untuk meminta waktu (observasi) dari hasil pemberian obat parasetamol Suppositora.
“Kami membutuhkan waktu itu untuk melihat reaksi obat tersebut agar bisa dilakukan infus ulang. Karena kalau kita paksakan pada waktu itu akan beresiko tinggi yang mengakibatkan bahaya kepada si pasien,” jelasnya.
Sambil menunggu waktu, petugas medis berdiskusi dengan keluarga pasien. Di sana petugas menyarankan agar pasien di rawat di tempat lain yang mempunyai fasilitas yang memadai.
“Karena kan kalau di Puskesmas fasilitas kesehatannya tingkat pertama. Artinya melayani pelayanan di tingkat dasar. Jadi ketika ada hal yang tidak bisa kami layani disini suatu keharusan kami untuk mencari faskes lain yang tingkatnya lanjutan,” ungkapnya.
Diskusi dengan pihak keluarga pasien membuahkan hasil kesepakatan, akhirnya dilakukan tindakan lanjutan di klinik Budiman.
Menurut dr Indah, alasan memilih klinik Budiman lantaran klinik Budiman merupakan klinik utama.
“Kalau klinik utama itu biasanya sudah dilengkapi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dokter sepealis serta di tunjang dengan perlengkapan sarana dan prasarana yang memadai,” ujarnya.
Alasan lain memilih klinik Budiman yakni, lokasinya lebih dekat dengan puskesmas Pangandaran. “Akhirnya disepakati lah pihak keluarga pasien membawanya ke klinik Budiman,” ujarnya.
Menanggapi tidak di antar oleh mobil ambulance, dr Indah mengungkapkan, karena terbentur dengan prosedur yang mengharuskan pasien di berikan infus terlebih dulu. Sedangkan kondisi pasien tidak di beri infus karena di khawatirkan akan terjadi hal yang tidak di inginkan.
Singkatnya, Pemahaman itu sudah di fahami oleh keluarga pasien. Maka dari itu pihak keluarga menyetujui membawa pasien ke klinik Budiman oleh keluarganya tanpa mobil ambulance.
“Kalau pada waktu itu keluarga pasien tidak menyetujui atau menolak dengan tindakan itu, tentunya dari kita akan melakukan tindakan berbeda. Kita pasti akan mencari jalan keluar lain Meski menyalahi aturan,” tegasnya.
“Nanti kita akan minta maaf kepada faskes yang di tuju secara personal. (Karena tidak di infus) Yang terpenting keselamatan pasien yang diutamakan,” tambanya.
Adapun tidak dilakukan pemberian oksigen kepada pasien, dr Indah menjelaskan, Kondisi pasien tidak mengalami sesak nafas. Pasien hanya mengalami lemas akibat dehidrasi. Menurutnya, kondisi ini tidak memerlukan pemasangan oksigen.
“Kenapa kemarin tidak di pasangkan oksigen? karena kondisi pasien tidak sesak, laju pernafasannya juga masih normal,” katanya.
“Terus juga ketika pemeriksaan saturasi oksigen angkanya masih baik. Kan ketika saturasi nya kurang itu di bawah 90 persen, dan pada pasien ini di angka 97 persen. Jadi bukan indikasi untuk pemasangan oksigen,” pungkasnya.
Sebelumnya, beredar sebuah Vidio berdurasi 1:49 detik yang mengungkapkan kekecewaan terhadap puskesmas Pangandaran.
Puskesmas di nilai dinilai terlambat dalam penanganan medis yang mengakibatkan anak balitanya meninggal dunia.
Vidio tersebut menyebar luas di sosial media, salahsatunya di WhatsApp Group. Dalam Vidio itu, seorang perempuan dewasa yang mengatasnamakan ibu dari balita itu mengungkapkan, pihak puskesmas tidak melakukan penginfusan.
Dalam Vidio tersebut juga menyebutkan, puskesmas Pangandaran tidak memberikan fasilitas kendaraan mobil ambulance dan tidak memasangkan oksigen saat merujuk ke klinik Budiman. (art).